Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 November 2014

rumus Pupuk Majemuk atau Pupuk Campuran

Tidak dapat dipungkiri jika tanaman memerlukan lebih dari satu unsur hara seimbang untuk menunjang pertumbuhannya, karena itu sekarang banyak dijumpai pupuk-pupuk tunggal yang berupa hasil pencampuran mekanis sehingga mengandung beberapa unsur hara yang biasa disebut sebagai pupuk majemuk.

Suatu kekurangan dari pupuk lengkap yang dibuat dengan pencampuran mekanisme adalah kebanyakan campuran yang diperoleh dalam perbandingan tertentu mempunyai kandungan hara murni yang rendah. Penyebab terjadinya hal tersebut adalah dalam kenyataannya semua pupuk tunggal disamping mengandung hara utama, juga mengandung cukup besar unsur-unsur sekunder. Selain itu, tidak semua pupuk tunggal dapat dicampur bersama dengan aman. Dalam campuran pupuk tunggal, aturan-aturan umum berikut perlu diperhatikan: 
1. pupuk yang mengandung ion amonium tidak dapat dicampur dengan pupuk yang bersifat basa (misalnya kapur, kerak baja, fosfat alam, aklisium sianamid), karena nitrogen akan hilang melalui lolosnya amonia dalam bentuk gas. 
2. Tidak satupun pupuk fosfat terlarut air (superfosfat, tripelfosfat, amonium fosfat) dapat dicampur dengan pupuk yang mengandung kapur bebas, karena ini menyebabkan bagian fosfat yang dapat larut berbalik menjadi bentuk tak larut dari dikalsium dan trikalsium fosfat. 
3. Berbagai pupuk yang mudah larut dan higroskopis (pupuk nitrat, urea dan garam-garam kalium) cenderung untuk melekat atau membentuk gumpalan-gumpalan sesudah pencampuran. Pupuk demikian itu, karenanya sebaiknya dicampur dekat sebelum digunakan. 
4. Superfosfat yang agak masam dapat membebaskan asam dari pupuk-pupuk tertentu (misalnya pupuk nitrat dan klorida) dan ini dapat menyebabkan kerusakan bahan dan kantong serta alat penyebar pupuk. 
Jika dikehendaki untuk membuat campuran pupuk dengan rumusan (formula) tertentu (misalnya NPK 10:6:10), perlu dimulai dari kandungan hara masing-masing pupuk. Misalnya, jika kandungan hara dari bahan dasar yang diberikan adalah sebagai berikut:
amonium sulfat 20,5% N
superfosfat 18,0% P2O5
KCl 60,0% K2O
Jumlah masing-masing pupuk yang diperlukan untuk campuran 10:6:10 adalah sebagai berikut:

untuk N = 10 * 100 = 48,8 bagian amonium sulfat
                     20,5
untuk P2O5 =  6  * 100  = 33,3 bagian superfosfat
                            18
untuk K2O = 10 * 100   = 16,7 bagian KCl
                           60
total = 48,8 + 33,3 + 16,7 = 98,8 bagian
Dengan penambahan (100 – 98,8) = 1,2 bagian pengisi, maka 10 bagian campuran akan mengandung 10% nitrogen, 6% fosfor ( sebagai P2O5) dan 10% kalium (sebagai K2O).
Dibanding dengan pupuk tunggal, pupuk majemuk memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 
1. karena terdapatnya ketiga unsur hara, kesalahan besar dalam pemupukan seperti perlakuan berat sebelah dapat dihindari. 
2. Diperlukan lebih sedikit tenaga kerja untuk penempatan pupuk. 
3. Masalah tempat penyimpanan menjadi kurang (hanya perlu menyimpan satu atau dua macam pupuk daripada tiga atau lebih). 
4. Pupuk dapat disebarkan lebih baik dan merata di lapangan sebagai akibat pembagiannya yang seragam dari masing-masing unsur hara di dalam pupuk lengkap. 
Adapun kekurangannya dari pupuk majemuk sebagai berikut:
1. penggunaan pupuk lengkap tidak memungkinkan pemberian masing-masing unsur hara pada waktu dan yang berbeda (seperti pupuk susulan untuk nitrogen atau penempatan pupuk fosfor) dan ini sering merupakan faktor penting dalam perlakuan keefektifan perlakuan pemupukan, terutama pada produksi sayuran. 
2. Tidak mungkin untuk menyimpang dari rumus hara yang telah diberikan, dan berarti nisbah unsur hara tidak dapat disesuaikan pada kondisi khusus atau jenis tanaman. 
3. Harga per satuan dari unsur hara manapun, umumnya lebih tinggi pada pupuk lengkap daripada dalam pupuk tunggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar